Kembali ke Daftar Tulisan
Daily

Ibu Kantin Tanpa Tanda Jasa

25 November 20253 menit baca
Hari Guru

Hari itu, sekolah keliatan rame banget, nggak seperti biasanya. Mungkin karena nggak ada kelas. Karena entah mengapa, sekolah tapi nggak ada kelas itu lebih nyenangin daripada libur. Semua pada ngumpul. Gue udah nyiapin dialog keren yang biasanya cuma keluar di momen-momen nasional. Dan hari itu juga mau nggak mau harus gue keluarin...

Terima kasih jasanya Pak, Bu.

KEREN BANGET.

Simple, padat, penuh makna. Ya, walaupun dipikir-pikir, lebih banyak padatnya dari pada maknanya.

Harusnya gue ikut ngumpul, berdiri, sambil ikut nyanyiin "Hymne Guru" dengan khidmat—padahal lipsync, karena nggak hapal—sambil pura-pura ngusap mata biar kelihatan sedih.

Harusnya gue ikut barisan, mendengarkan pidato, betapa mulianya pengabdian para pendidik.

Harusnya.

Tapi realitanya? 1 dari 2 temen gue ngajakin ke kantin. Yang ajakannya lebih persuasif dari iklan stop judol tentunya. Ini bukan soal lapar—ini soal bakso goreng yang dikuahin, sesuatu yang memiliki daya tarik spiritual yang tidak bisa dijelasin ilmu pengetahuan. Gue ngangguk iyain dan setuju. Ya, kami bertiga adalah definisi siswa durhaka jalur undangan, yang lebih memilih bau aroma micin ditambah bau keringat sendiri, daripada aroma perjuangan pendidikan yang juga ditambah aroma keringat sendiri juga sih. Ya, setidaknya lebih baik daripada dicampur aroma micin.

Coba pikir, kalau guru ngisi otak kami dengan ilmu, sedangkan Ibu Kantin ngisi perut kami dengan kebahagiaan (dan kolesterol). Kalau guru sabar ngadepin kami yang telat ngumpul tugas, Ibu Kantin lebih sabar ngadepin kami yang, "Bu, gorengannya ambil lima bayarnya dua, tiganya ngutang dulu hehe".

Singkatnya, kami bertiga menikmati bakso goreng yang dikuahin tersebut, tak lupa juga aroma micin dan keringat masing-masing. Kami tertawa. Merasa keren karena jadi pemberontak sistem. Saking asiknya, nggak sadar kalau suara speaker di lapangan sudah senyap. Lagu-lagu perjuangan sudah berhenti.

Pas kembali ke lapangan... ternyata.

Lapangan udah kosong. Panggung udah mulai diberesin. Euforia "Hymne Guru" udah lewat, berganti jadi suara riuh siswa yang sibuk selfie atau rebutan minta foto bareng wali kelas. Itu pun kami juga ketinggalan.

Dialog keren "Terima kasih jasanya Pak, Bu" yang udah gue siapin tadi, ternyata ikut ketelan dengan bakso goreng yang dikuahin ditambah aroma micin dan keringat masing-masing. Detik itu juga, bakso goreng yang dikuahin yang tadinya rasanya kayak bakso yang digoreng lalu dikasih kuah, malah berubah jadi rasa penyesalan telah menjadi siswa durhaka jalur undangan.

Kami kabur ke kantin karena kami lapar dan males panas-panasan. Kami bisa lari dari upacara. Kami bisa lari dari tugas. Tapi guru-guru itu? Mereka nggak pernah lari dari kami.

Mereka nggak lari pas kami bebal diajarin integral. Mereka nggak lari pas kami berisik di kelas. Mereka tetap berdiri di sana, di depan papan tulis yang penuh coretan spidol, berusaha keras masukin logika ke kepala kami yang curiga isinya emang otak atau ada nyempil tiga porsi bakso goreng yang dikuahin.

Gue berdiri di pinggir lapangan yang kosong itu, ngerasa kecil banget. Gue udah ngelewatin momen buat ngucapin terima kasih secara langsung. Dialog "keren" gue tadi cuma jadi wacana di kepala.

Tapi, mungkin belum terlambat buat nyampein itu, lewat tulisan ini.

Untuk semua Bapak dan Ibu Guru, maaf kalau kami sering lebih milih kantin daripada dengerin materi. Maaf kalau kami sering lebih hafal menu di kantin daripada rumus fisika.

Tapi percayalah, di balik kenakalan, kemalasan, dan alasan "izin ke toilet" yang nggak balik-balik itu, ada rasa hormat yang besar yang kadang gengsi buat diucapin.

Terima kasih sudah mau capek-capek bikin kami pinter, walaupun kaminya sering nolak buat dipinterin. Terima kasih sudah jadi orang tua kedua, setelah.

Selamat Hari Guru. Kalian keren. Serius.

*Foto di atas nggak ada gue dan dua siswa pemberontak lainnya. Ya, informasi yang sangat penting sekali. Hehe.

Semoga ketemu di tulisan lainnya. Semoga:)

Yang Komen (0)

Login dengan Google untuk ikut ngomenin tulisan ini.

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama!